About

Rabu, 03 Desember 2014

Inspirasiku(IBU)

Sepanjang kehidupan manusia, sosok ibu memang tidak akan pernah bisa tergantikan dalam kehidupan kita sebagai seorang yang penuh kasih sayang yang memberikan segalanya tanpa balas jasa.
Bukan setumpuk Emas yang kau harapkan dalam kesuksesan ku, bukan gulungan uang yang kau minta dalam keberhasilan ku, bukan juga sebatang perunggu dalam kemenangan ku, tapi keinginan hati mu membahagiakan aku.  
          Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah? Sudah pasti jawabannya adalah: k-e-h-a-m-i-l-a-n. Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, Seberat apa pun langkah yang mesti diayun, Seberapa lama pun waktu yang harus dijalani, Tak kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan: p-o-s-i-t-i-f.

          Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di perutnya. Seringkali ia bertanya : menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedihkah atau bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang pernah diberikannya, ketika itu mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna, ketika mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus bercucuran.

          Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar. Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak. Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak.

Si kecil baru saja berucap "Ma?" segera ia mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada di daftar telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka.

           Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya terus menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di tengah jalan. "Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan utama ketika ia berada di pasar berbelanja keperluan si kecil.

Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya. Tak jarang, ia urung membeli baju untuk dirinya sendiri dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil.

          Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas satu alasan, demi anak. Di saat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas, periksalah catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Beli susu anak; 2. Uang sekolah anak. Nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain. Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritasnya. Bahkan, tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Takkan dibiarkan si kecil menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar.

         ibu ,Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng ke sekian. Dalam kantuknya, ia pun terus mendongeng.

        Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan anak-anak yang akan berangkat ke sekolah. Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercinta. Serta merta kalimat, "sudah makan belum?" tak lupa terlontar.

saat baru saja memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil yang dulu kerap ia timang dalam dekapannya itu, sekarang sudah menjadi orang dewasa yang bisa saja membeli makan siangnya sendiri di Sekolahnya.

          Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. Ia menangis melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun sadar, buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia berlirih, "Masihkah kau anakku?"

           Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan berakhir. Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, "Bila ibu meninggal, ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian". Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari salah satu anaknya. "Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih & shalihat sejak kecil," ujarnya.

           IBU, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya, Ibulah sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran, yaitu "cinta". Sekolah yang hanya punya satu guru yaitu "pecinta". Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama: "anakku tercinta".
Dalam artikel ini,saya mempunyai sebuah puisi untukmu ibu .


Ibuku Inspirasiku
Ibu,
Bolehkah aku merayu ?
Aku ingin berbaring di pangkuanmu,
Mengadu tentang hari-hari lelahku,
Tentang kerasnya dunia,
Yang tak seteduh kasihmu,
Dan ingin kupertanyakan,
Mengapa diluar sana,
Tak pernah kutemukan keikhlasan,
Seperti keiklasanmu padaku.











Sumber :
-http://www.akhbarislam.com/2013/07/inspiratif-jasa-seorang-ibu-untuk-kita.html
-pengalaman pribadi

Kamis, 30 Oktober 2014

Ragam Bahasa Sastra

Pada artikel ini,disini saya akan membahas mengenai ragam bahasa sastra,khususnya sastra Indonesia.
            Ragam bahasa sastra adalah ragam bahasa yang digunakan untuk penulisan karya sastra. Ragam bahasa sastra dapat dikatakan sebagai ragam bahasa yang bebas, karena ragam bahasa ini ditujukan untuk keindahan. Disebut prinsip Licensia Poetica. Prinsip tersebut memperboleh penggunaan bahasa menyimpang atau menyalahi kaidah bahasa demi keindahan sebuah karya.
Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
Periodisasi
Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
lisan
tulisan
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
Angkatan Pujangga Lama
Angkatan Sastra Melayu Lama
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Pujangga Baru
Angkatan 1945
Angkatan 1950 - 1960-an
Angkatan 1966 - 1970-an
Angkatan 1980 - 1990-an
Angkatan Reformasi
Angkatan 2000-an

Pujangga Lama
Salah satu halaman Hikayat Abdullah

            Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.
Karya Sastra Pujangga Lama
·        Sejarah
·        Sejarah Melayu (Malay Annals)
·        Tuhfat al-Nafis (Bingkisan Berharga) karya Raja Ali Haji

Hikayat
·        Hikayat Abdullah
·        Hikayat Aceh
·        Hikayat Amir Hamzah
·        Hikayat Andaken Penurat
·        Hikayat Bayan Budiman
·        Hikayat Djahidin
·        Hikayat Hang Tuah
·        Hikayat Iskandar Zulkarnain
·        Hikayat Kadirun
·        Hikayat Kalila dan Damina
·        Hikayat Masydulhak
·        Hikayat Pandawa Jaya
·        Hikayat Pandja Tanderan
·        Hikayat Putri Djohar Manikam
·        Hikayat Sri Rama
·        Hikayat Tjendera Hasan
·        Tsahibul Hikayat

Syair
·        Syair Bidasari
·        Syair Hukum Nikah karya Raja Ali Haji
·        Syair Ken Tambuhan
·        Syair Siti Shianah karya Raja Ali Haji
·        Syair Sultan Abdul Muluk karya Raja Ali Haji
·        Syair Suluh Pegawai karya Raja Ali Haji
·        Syair Raja Mambang Jauhari
·        Syair Raja Siak

Gurindam
·        Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji
·        Kitab agama
·        Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
·        Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
·        Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
·        Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri
·        Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.

Karya Sastra Melayu Lama
Robinson Crusoe (terjemahan)
Lawan-lawan Merah
Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
Kapten Flamberger (terjemahan)
Rocambole (terjemahan)
Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
Cerita Nyi Paina
Cerita Nyai Sarikem
Cerita Nyonya Kong Hong Nio
Nona Leonie
Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
Cerita Rossina
Nyai Isah oleh F. Wiggers
Drama Raden Bei Surioretno
Syair Java Bank Dirampok
Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
Tambahsia
Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
Nyai Permana
Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya

Angkatan Balai Pustaka













Abdul Muis sastrawan Indonesia Angkatan Balai Pustaka
              Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
              Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" karena ada banyak sekali karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:

Merari Siregar
·        Azab dan Sengsara (1920)
·        Binasa kerna Gadis Priangan (1931)
·        Cinta dan Hawa Nafsu

Marah Roesli
·        Siti Nurbaya (1922)
·        La Hami (1924)
·        Anak dan Kemenakan (1956)

Muhammad Yamin
·        Tanah Air (1922)
·        Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
·        Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
·        Ken Arok dan Ken Dedes (1934)

Nur Sutan Iskandar
·        Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
·        Cinta yang Membawa Maut (1926)
·        Salah Pilih (1928)
·        Karena Mentua (1932)
·        Tuba Dibalas dengan Susu (1933)
·        Hulubalang Raja (1934)
·        Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
  
Tulis Sutan Sati
·        Tak Disangka (1923)
·        Sengsara Membawa Nikmat (1928)
·        Tak Membalas Guna (1932)
·        Memutuskan Pertalian (1932)

Djamaluddin Adinegoro
·        Darah Muda (1927)
·        Asmara Jaya (1928)

Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati
·        Pertemuan (1927)

Abdul Muis
·        Salah Asuhan (1928)
·        Pertemuan Djodoh (1933)

Aman Datuk Madjoindo
·        Menebus Dosa (1932)
·        Si Cebol Rindukan Bulan (1934)
·        Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)

Pujangga Baru












Sutan Takdir Alisjahbana pelopor Pujangga Baru
              Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru

Sutan Takdir Alisjahbana
·        Dian Tak Kunjung Padam (1932)
·        Tebaran Mega - kumpulan sajak (1935)
·        Layar Terkembang (1936)
·        Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)
Hamka
·        Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938)
·        Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939)
·        Tuan Direktur (1950)
·        Didalam Lembah Kehidoepan (1940)

Armijn Pane
·        Belenggu (1940)
·        Jiwa Berjiwa
·        Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960)
·        Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950)
·        Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
·        Habis Gelap Terbitlah Terang - Terjemahan Surat R.A. Kartini (1945)

Sanusi Pane
·        Pancaran Cinta (1926)
·        Puspa Mega (1927)
·        Madah Kelana (1931)
·        Sandhyakala Ning Majapahit (1933)
·        Kertajaya (1932)

Tengku Amir Hamzah
·        Nyanyi Sunyi (1937)
·        Begawat Gita (1933)
·        Setanggi Timur (1939)
Roestam Effendi
·        Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan
·        Pertjikan Permenungan

Sariamin Ismail
·        Kalau Tak Untung (1933)
·        Pengaruh Keadaan (1937)
·        Anak Agung Pandji Tisna
·        Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935)
·        Sukreni Gadis Bali (1936)
·        I Swasta Setahun di Bedahulu (1938)

J.E.Tatengkeng
·        Rindoe Dendam (1934)

Fatimah Hasan Delais
·        Kehilangan Mestika (1935)

Said Daeng Muntu
·        Pembalasan
·        Karena Kerendahan Boedi (1941)

Karim Halim
·        Palawija (1944)



Angkatan 1945
Informasi lebih lanjut: Angkatan 1945

















Chairil Anwar pelopor Angkatan 1945
                 Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945

Chairil Anwar
·        Kerikil Tajam (1949)
·        Deru Campur Debu (1949)
·        Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
·        Tiga Menguak Takdir (1950)

Idrus
·        Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
·        Aki (1949)
·        Perempuan dan Kebangsaan

Achdiat K. Mihardja
·        Atheis (1949)

Trisno Sumardjo
·        Katahati dan Perbuatan (1952)

Utuy Tatang Sontani
·        Suling (drama) (1948)
·        Tambera (1949)
·        Awal dan Mira - drama satu babak (1962)

Suman Hs.
·        Kasih Ta' Terlarai (1961)
·        Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
·        Pertjobaan Setia (1940)

Angkatan 1950 - 1960-an
Artikel utama untuk kategori ini adalah Kesusastraan Indonesia Periode 1950-1965















Pramoedya Ananta Toer novelis generasi 1950-1960
               Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an

Pramoedya Ananta Toer
·        Kranji dan Bekasi Jatuh (1947)
·        Bukan Pasar Malam (1951)
·        Di Tepi Kali Bekasi (1951)
·        Keluarga Gerilya (1951)
·        Mereka yang Dilumpuhkan (1951)
·        Perburuan (1950)
·        Cerita dari Blora (1952)
·        Gadis Pantai (1962-65)

Nh. Dini
·        Dua Dunia (1950)
·        Hati jang Damai (1960)

Sitor Situmorang
·        Dalam Sadjak (1950)
·        Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
·        Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
·        Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
·        Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)

Mochtar Lubis
·        Tak Ada Esok (1950)
·        Jalan Tak Ada Ujung (1952)
·        Tanah Gersang (1964)
·        Si Djamal (1964)

Marius Ramis Dayoh
·        Putra Budiman (1951)
·        Pahlawan Minahasa (1957)

Ajip Rosidi
·        Tahun-tahun Kematian (1955)
·        Ditengah Keluarga (1956)
·        Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957)
·        Cari Muatan (1959)
·        Pertemuan Kembali (1961)

Ali Akbar Navis
·        Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955)
·        Bianglala - kumpulan cerita pendek (1963)
·        Hujan Panas (1964)
·        Kemarau (1967)
Toto Sudarto Bachtiar
·        Etsa sajak-sajak (1956)
·        Suara - kumpulan sajak 1950-1955 (1958)

Ramadhan K.H
·        Priangan si Jelita (1956)

W.S. Rendra
·        Balada Orang-orang Tercinta (1957)
·        Empat Kumpulan Sajak (1961)
·        Ia Sudah Bertualang (1963)

Subagio Sastrowardojo
·        Simphoni (1957)

Nugroho Notosusanto
 ·        Hujan Kepagian (1958)
·        Rasa Sajangé (1961)
·        Tiga Kota (1959)

Trisnojuwono
·        Angin Laut (1958)
·        Dimedan Perang (1962)
·        Laki-laki dan Mesiu (1951)

Toha Mochtar
·        Pulang (1958)
·        Gugurnya Komandan Gerilya (1962)
·        Daerah Tak Bertuan (1963)

Purnawan Tjondronagaro
·        Mendarat Kembali (1962)

Bokor Hutasuhut
·        Datang Malam (1963)



Angkatan 1966 - 1970-an



Taufik Ismail sastrawan Angkatan 1966
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966

Taufik Ismail
·  Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
·  Tirani dan Benteng
·  Buku Tamu Musim Perjuangan
·  Sajak Ladang Jagung
·  Kenalkan
·  Saya Hewan
·  Puisi-puisi Langit
Sutardji Calzoum Bachri
·  O
·  Amuk
·  Kapak
Abdul Hadi WM
·  Meditasi (1976)
·  Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)
·  Tergantung Pada Angin (1977)
Sapardi Djoko Damono
·  Dukamu Abadi (1969)
·  Mata Pisau (1974)
Goenawan Mohamad
·  Parikesit (1969)
·  Interlude (1971)
·  Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972)
·  Seks, Sastra, dan Kita (1980)
Umar Kayam
·  Seribu Kunang-kunang di Manhattan
·  Sri Sumarah dan Bawuk
·  Lebaran di Karet
·  Pada Suatu Saat di Bandar Sangging
·  Kelir Tanpa Batas
·  Para Priyayi
·  Jalan Menikung
Danarto
·  Godlob
·  Adam Makrifat
·  Berhala
Nasjah Djamin
·  Hilanglah si Anak Hilang (1963)
·  Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968)
Putu Wijaya
·  Bila Malam Bertambah Malam (1971)
·  Telegram (1973)
·  Stasiun (1977)
·  Pabrik
·  Gres
·  Bom
Djamil Suherman
·  Perjalanan ke Akhirat (1962)
·  Manifestasi (1963)
·  Titis Basino
·  Dia, Hotel, Surat Keputusan (1963)
·  Lesbian (1976)
·  Bukan Rumahku (1976)
·  Pelabuhan Hati (1978)
·  Pelabuhan Hati (1978)
Leon Agusta
·  Monumen Safari (1966)
·  Catatan Putih (1975)
·  Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978)
·  Hukla (1979)
Iwan Simatupang
·  Ziarah (1968)
·  Kering (1972)
·  Merahnya Merah (1968)
·  Keong (1975)
·  RT Nol/RW Nol
·  Tegak Lurus Dengan Langit
M.A Salmoen
·  Masa Bergolak (1968)
Parakitri Tahi Simbolon
·  Ibu (1969)
Chairul Harun
·  Warisan (1979)
Kuntowijoyo
·  Khotbah di Atas Bukit (1976)
M. Balfas
·  Lingkaran-lingkaran Retak (1978)

Mahbub Djunaidi
·  Dari Hari ke Hari (1975)
Wildan Yatim
·  Pergolakan (1974)
Harijadi S. Hartowardojo
·  Perjanjian dengan Maut (1976)
Ismail Marahimin
·  Dan Perang Pun Usai (1979)
Wisran Hadi
·  Empat Orang Melayu
·  Jalan Lurus




Angkatan 1980 - 1990an


















Hilman Hariwijaya penulis cerita remaja pada dekade 1980 dan 1990
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an
Ahmadun Yosi Herfanda
·  Ladang Hijau (1980)
·  Sajak Penari (1990)
·  Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
·  Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
·  Sembahyang Rumputan (1997)
·  Y.B Mangunwijaya
·  Burung-burung Manyar (1981)
·  Darman Moenir
·  Bako (1983)
·  Dendang (1988)
·  Budi Darma
·  Olenka (1983)
·  Rafilus (1988)
·  Sindhunata
·  Anak Bajang Menggiring Angin (1984)




Arswendo Atmowiloto
·  Canting (1986)
·  Hilman Hariwijaya
·  Lupus - 28 novel (1986-2007)
·  Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
·  Olga Sepatu Roda (1992)
·  Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)

Dorothea Rosa Herliany
·  Nyanyian Gaduh (1987)
·  Matahari yang Mengalir (1990)
·  Kepompong Sunyi (1993)
·  Nikah Ilalang (1995)
·  Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)

Gustaf Rizal
·  Segi Empat Patah Sisi (1990)
·  Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
·  Ben (1992)
·  Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)

Remy Sylado
·  Ca Bau Kan (1999)
·  Kerudung Merah Kirmizi (2002)

Afrizal Malna
·  Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
·  Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990)
·  Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)
·  Dinamika Budaya dan Politik (1991)
·  Arsitektur Hujan (1995)
·  Pistol Perdamaian (1996)
·  Kalung dari Teman (1998)
·  Templat:Lintang Sugianto
·  Templat:Matahari Di atas Gilli (1997)
·  Templat:Kusampaikan kumpulan puisi (2002)
·  Templat:Menyapa Pagi Anak Aceh (2004)


Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
Widji Thukul
Puisi Pelo
Darman


Angkatan 2000-an



















Andrea Hirata salah satu novelis tersukses pada dekade pertama abad ke-21
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
Ahmad Fuadi
·  Negeri 5 Menara (2009)
·  Ranah 3 Warna (2011)


Andrea Hirata
·  Laskar Pelangi (2005)
·  Sang Pemimpi (2006)
·  Edensor (2007)
·  Maryamah Karpov (2008)
·  Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)

Ayu Utami
·  Saman (1998)
·  Larung (2001)

Dewi Lestari
·  Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
·  Supernova 2: Akar (2002)
·  Supernova 3: Petir (2004)
·  Supernova 4: Partikel (2012)

Habiburrahman El Shirazy
·  Ayat-Ayat Cinta (2004)
·  Diatas Sajadah Cinta (2004)
·  Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
·  Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
·  Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
·  Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
·  Dalam Mihrab Cinta (2007)
  
Herlinatiens
·  Garis Tepi Seorang Lesbian (2003)
·  Dejavu, Sayap yang Pecah (2004)
·  Jilbab Britney Spears (2004)
·  Sajak Cinta Yang Pertama (2005)
·  Malam Untuk Soe Hok Gie (2005)
·  Rebonding (2005)
·  Broken Heart, Psikopop Teen Guide (2005)
·  Koella, Bersamamu dan Terluka (2006)
·  Sebuah Cinta yang Menangis (2006)

Raudal Tanjung Banua
·  Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
·  Ziarah bagi yang Hidup (2004)
·  Parang Tak Berulu (2005)
·  Gugusan Mata Ibu (2005)

Seno Gumira Ajidarma
·  Atas Nama Malam
·  Sepotong Senja untuk Pacarku
·  Biola Tak Berdawai

Cybersastra
Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi.









Referensi
1.       Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004. London: MacMillan. hlm. 117.
2.      Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (1991). Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo. hlm. 370.
3.      Yudiono (2007). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo. hlm. 167.
      4. http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia