Pada artikel ini,disini saya akan membahas mengenai
ragam bahasa sastra,khususnya sastra Indonesia.
Ragam bahasa sastra adalah
ragam bahasa yang digunakan untuk penulisan karya sastra. Ragam bahasa sastra
dapat dikatakan sebagai ragam bahasa yang bebas, karena ragam bahasa ini
ditujukan untuk keindahan. Disebut prinsip Licensia Poetica. Prinsip tersebut
memperboleh penggunaan bahasa menyimpang atau menyalahi kaidah bahasa demi
keindahan sebuah karya.
Sastra Indonesia, adalah
sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia
Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti
yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di
wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri
dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia.
Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa
Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya).
Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra
yang dibuat di wilayah Melayu
(selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia
dan Brunei),
demikian pula bangsa Melayu
yang tinggal di Singapura.
Periodisasi
Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar,
yaitu:
lisan
tulisan
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas
beberapa angkatan:
Angkatan Pujangga Lama
Angkatan Sastra Melayu Lama
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Pujangga Baru
Angkatan 1945
Angkatan 1950 - 1960-an
Angkatan 1966 - 1970-an
Angkatan 1980 - 1990-an
Angkatan Reformasi
Angkatan 2000-an
Pujangga
Lama
Salah
satu halaman Hikayat Abdullah
Pujangga lama merupakan
bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad
ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair,
pantun,
gurindam
dan hikayat.
Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi
sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera
bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya
keagamaan. Hamzah Fansuri
adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama.
Dari istana Kesultanan Aceh
pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka
adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf
Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.
Karya
Sastra Pujangga Lama
·
Sejarah
·
Sejarah
Melayu (Malay Annals)
·
Tuhfat
al-Nafis (Bingkisan Berharga) karya Raja Ali Haji
Hikayat
·
Hikayat
Abdullah
·
Hikayat Aceh
·
Hikayat Amir Hamzah
·
Hikayat Andaken Penurat
·
Hikayat Bayan Budiman
·
Hikayat Djahidin
·
Hikayat Hang Tuah
·
Hikayat Iskandar Zulkarnain
·
Hikayat Kadirun
|
·
Hikayat Kalila dan Damina
·
Hikayat Masydulhak
·
Hikayat Pandawa Jaya
·
Hikayat Pandja Tanderan
·
Hikayat Putri Djohar Manikam
·
Hikayat Sri Rama
·
Hikayat Tjendera Hasan
·
Tsahibul Hikayat
|
Syair
·
Syair
Bidasari
·
Syair Hukum Nikah karya Raja Ali Haji
·
Syair Ken Tambuhan
·
Syair Siti Shianah karya Raja Ali Haji
·
Syair Sultan Abdul Muluk karya Raja Ali Haji
·
Syair Suluh Pegawai karya Raja Ali Haji
·
Syair Raja Mambang Jauhari
·
Syair Raja Siak
Gurindam
·
Gurindam Dua Belas
karya Raja Ali Haji
·
Kitab agama
·
Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta)
oleh Hamzah Fansuri
·
Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para
Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
·
Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada
kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
·
Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh
Nuruddin ar-Raniri
·
Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun
1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat,
Tapanuli,
Minangkabau
dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa.
Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair,
hikayat dan terjemahan novel barat.
Karya Sastra Melayu Lama
Robinson Crusoe (terjemahan)
Lawan-lawan Merah
Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
Kapten Flamberger (terjemahan)
Rocambole (terjemahan)
Nyai Dasima
oleh G. Francis (Indo)
Bunga Rampai
oleh A.F van Dewall
Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
Cerita Nyi Paina
Cerita Nyai Sarikem
Cerita Nyonya Kong Hong Nio
|
Nona Leonie
Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
Cerita Rossina
Nyai Isah oleh F. Wiggers
Drama Raden Bei Surioretno
Syair Java Bank Dirampok
Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
Tambahsia
Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
Nyai Permana
Hikayat Siti Mariah
oleh Hadji Moekti (indo)
dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra
Melayu-Lama lainnya
|
Angkatan
Balai Pustaka
Abdul
Muis sastrawan Indonesia Angkatan Balai
Pustaka
Angkatan Balai Pusataka
merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang
dikeluarkan oleh penerbit Balai
Pustaka. Prosa
(roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi
mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan
pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang
dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian
(cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan
karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa
Jawa
dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah
terbatas dalam bahasa Bali, bahasa
Batak, dan bahasa
Madura.
Nur Sutan Iskandar
dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" karena ada banyak
sekali karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran
para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada
angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau
sebagai titik pusatnya.
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan
menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap
adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya,
tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa
itu.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:
Merari
Siregar
·
Azab
dan Sengsara (1920)
·
Binasa
kerna Gadis Priangan (1931)
·
Cinta dan Hawa
Nafsu
Marah
Roesli
·
Siti
Nurbaya (1922)
·
La Hami
(1924)
·
Anak dan Kemenakan
(1956)
Muhammad
Yamin
·
Tanah Air
(1922)
·
Indonesia,
Tumpah Darahku (1928)
·
Kalau
Dewi Tara Sudah Berkata
·
Ken Arok dan Ken
Dedes (1934)
Nur
Sutan Iskandar
·
Apa
Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
·
Cinta
yang Membawa Maut (1926)
·
Salah Pilih
(1928)
·
Karena Mentua
(1932)
·
Tuba
Dibalas dengan Susu (1933)
·
Hulubalang
Raja
(1934)
·
Katak
Hendak Menjadi Lembu (1935)
Tulis
Sutan Sati
·
Tak Disangka
(1923)
·
Sengsara Membawa Nikmat
(1928)
·
Tak Membalas Guna
(1932)
·
Memutuskan
Pertalian (1932)
Djamaluddin
Adinegoro
·
Darah Muda (1927)
·
Asmara Jaya
(1928)
Abas
Sutan Pamuntjak Nan Sati
·
Pertemuan
(1927)
Abdul
Muis
·
Salah
Asuhan (1928)
·
Pertemuan Djodoh
(1933)
Aman
Datuk Madjoindo
·
Menebus Dosa
(1932)
·
Si
Cebol Rindukan Bulan (1934)
·
Sampaikan
Salamku Kepadanya (1935)
Pujangga
Baru
Sutan Takdir Alisjahbana
pelopor Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul
sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap
karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang
menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah
sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga
Baru
yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana,
beserta Amir Hamzah dan Armijn
Pane.
Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942),
dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh
para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel
Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting
sebelum perang.
Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori
oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat"
yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
Sutan
Takdir Alisjahbana
·
Dian
Tak Kunjung Padam (1932)
·
Tebaran Mega
- kumpulan sajak (1935)
·
Layar
Terkembang (1936)
·
Anak
Perawan di Sarang Penyamun (1940)
Hamka
·
Di Bawah Lindungan
Ka'bah (1938)
·
Tenggelamnya Kapal Van
der Wijck (1939)
·
Tuan
Direktur (1950)
·
Didalam
Lembah Kehidoepan (1940)
Armijn
Pane
·
Belenggu (1940)
·
Jiwa Berjiwa
·
Gamelan Djiwa
- kumpulan sajak (1960)
·
Djinak-djinak
Merpati - sandiwara (1950)
·
Kisah Antara
Manusia - kumpulan cerpen (1953)
·
Habis Gelap Terbitlah
Terang - Terjemahan Surat R.A. Kartini (1945)
Sanusi
Pane
·
Pancaran Cinta
(1926)
·
Puspa Mega
(1927)
·
Madah
Kelana (1931)
·
Sandhyakala
Ning Majapahit (1933)
·
Kertajaya
(1932)
Tengku
Amir Hamzah
·
Nyanyi
Sunyi (1937)
·
Begawat Gita
(1933)
·
Setanggi Timur
(1939)
|
Roestam
Effendi
·
Bebasari:
toneel dalam 3 pertundjukan
·
Pertjikan
Permenungan
Sariamin
Ismail
·
Kalau Tak Untung
(1933)
·
Pengaruh Keadaan
(1937)
·
Anak Agung Pandji Tisna
·
Ni
Rawit Ceti Penjual Orang (1935)
·
Sukreni Gadis
Bali (1936)
·
I
Swasta Setahun di Bedahulu (1938)
J.E.Tatengkeng
·
Rindoe Dendam
(1934)
Fatimah
Hasan Delais
·
Kehilangan
Mestika (1935)
Said
Daeng Muntu
·
Pembalasan
·
Karena
Kerendahan Boedi (1941)
Karim
Halim
·
Palawija
(1944)
|
Angkatan 1945
Informasi
lebih lanjut: Angkatan
1945
Chairil Anwar
pelopor Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya
telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih
realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik.
Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan
merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil
Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang
diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan
bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan
dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave
Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa
Indonesia.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
Chairil
Anwar
·
Kerikil Tajam
(1949)
·
Deru
Campur Debu (1949)
·
Asrul Sani, bersama Rivai
Apin
dan Chairil Anwar
·
Tiga Menguak
Takdir (1950)
Idrus
·
Dari
Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
·
Aki
(1949)
·
Perempuan
dan Kebangsaan
Achdiat
K. Mihardja
·
Atheis (1949)
Trisno
Sumardjo
·
Katahati dan
Perbuatan (1952)
Utuy
Tatang Sontani
·
Suling (drama)
(1948)
·
Tambera
(1949)
·
Awal dan Mira
- drama satu babak (1962)
Suman
Hs.
·
Kasih Ta' Terlarai
(1961)
·
Mentjari
Pentjuri Anak Perawan (1957)
·
Pertjobaan Setia
(1940)
Angkatan 1950 - 1960-an
Artikel utama untuk kategori ini
adalah Kesusastraan Indonesia
Periode 1950-1965
Pramoedya Ananta Toer
novelis generasi 1950-1960
Angkatan 50-an ditandai
dengan terbitnya majalah sastra Kisah
asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini
adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi.
Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah
sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul
gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat
(Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis.
Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan
sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960;
menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis
dan berakhir pada tahun 1965
dengan pecahnya G30S
di Indonesia.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
Pramoedya
Ananta Toer
·
Kranji
dan Bekasi Jatuh (1947)
·
Bukan Pasar Malam
(1951)
·
Di Tepi Kali
Bekasi (1951)
·
Keluarga Gerilya
(1951)
·
Mereka
yang Dilumpuhkan (1951)
·
Perburuan
(1950)
·
Cerita dari Blora
(1952)
·
Gadis
Pantai (1962-65)
Nh.
Dini
·
Dua
Dunia (1950)
·
Hati jang Damai
(1960)
Sitor
Situmorang
·
Dalam Sadjak
(1950)
·
Djalan
Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
·
Pertempuran
dan Saldju di Paris (1956)
·
Surat
Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
·
Wadjah
Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
Mochtar
Lubis
·
Tak Ada Esok
(1950)
·
Jalan Tak Ada Ujung
(1952)
·
Tanah Gersang
(1964)
·
Si Djamal
(1964)
Marius
Ramis Dayoh
·
Putra Budiman
(1951)
·
Pahlawan
Minahasa (1957)
Ajip
Rosidi
·
Tahun-tahun
Kematian (1955)
·
Ditengah
Keluarga (1956)
·
Sebuah
Rumah Buat Hari Tua (1957)
·
Cari Muatan
(1959)
·
Pertemuan
Kembali (1961)
Ali
Akbar Navis
·
Robohnya Surau Kami
- 8 cerita pendek pilihan (1955)
·
Bianglala
- kumpulan cerita pendek (1963)
·
Hujan Panas
(1964)
·
Kemarau
(1967)
|
Toto
Sudarto Bachtiar
·
Etsa
sajak-sajak (1956)
·
Suara
- kumpulan sajak 1950-1955 (1958)
Ramadhan
K.H
·
Priangan si
Jelita (1956)
W.S.
Rendra
·
Balada
Orang-orang Tercinta (1957)
·
Empat Kumpulan
Sajak (1961)
·
Ia Sudah
Bertualang (1963)
Subagio
Sastrowardojo
·
Simphoni
(1957)
Nugroho
Notosusanto
·
Hujan Kepagian
(1958)
·
Rasa Sajangé
(1961)
·
Tiga Kota
(1959)
Trisnojuwono
·
Angin
Laut (1958)
·
Dimedan Perang
(1962)
·
Laki-laki dan
Mesiu (1951)
Toha
Mochtar
·
Pulang
(1958)
·
Gugurnya
Komandan Gerilya (1962)
·
Daerah Tak Bertuan
(1963)
Purnawan
Tjondronagaro
·
Mendarat Kembali
(1962)
Bokor
Hutasuhut
·
Datang Malam
(1963)
|
Angkatan 1966 - 1970-an
Taufik
Ismail sastrawan Angkatan
1966
Angkatan
ini ditandai dengan terbitnya Horison
(majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3]
Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra
pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya
karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd.
Penerbit Pustaka Jaya
sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini.
Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye,
Purnawan
Tjondronegoro, Djamil Suherman,
Bur Rasuanto,
Goenawan Mohamad,
Sapardi Djoko Damono
dan Satyagraha
Hoerip Soeprobo dan termasuk paus
sastra Indonesia, H.B.
Jassin.
Beberapa
satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar
Kayam, Ikranegara,
Leon Agusta,
Arifin C. Noer,
Darmanto Jatman,
Arief Budiman,
Goenawan Mohamad,
Budi Darma,
Hamsad Rangkuti,
Putu Wijaya,
Wisran Hadi,
Wing Kardjo,
Taufik Ismail,
dan banyak lagi yang lainnya.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
Taufik Ismail
· Malu
(Aku) Jadi Orang Indonesia
· Tirani dan
Benteng
· Buku
Tamu Musim Perjuangan
· Sajak Ladang
Jagung
· Kenalkan
· Saya Hewan
· Puisi-puisi
Langit
Sutardji
Calzoum Bachri
· O
· Amuk
· Kapak
Abdul Hadi WM
· Meditasi
(1976)
· Potret
Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur
(1975)
· Tergantung
Pada Angin (1977)
Sapardi
Djoko Damono
· Dukamu Abadi
(1969)
· Mata Pisau
(1974)
Goenawan Mohamad
· Parikesit
(1969)
· Interlude
(1971)
· Potret
Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang
(1972)
· Seks,
Sastra, dan Kita (1980)
Umar Kayam
· Seribu
Kunang-kunang di Manhattan
· Sri
Sumarah dan Bawuk
· Lebaran di
Karet
· Pada
Suatu Saat di Bandar Sangging
· Kelir Tanpa
Batas
· Para Priyayi
· Jalan Menikung
Danarto
· Godlob
· Adam Makrifat
· Berhala
Nasjah Djamin
· Hilanglah
si Anak Hilang (1963)
· Gairah
untuk Hidup dan untuk Mati
(1968)
Putu Wijaya
· Bila
Malam Bertambah Malam (1971)
· Telegram
(1973)
· Stasiun
(1977)
· Pabrik
· Gres
· Bom
|
Djamil Suherman
· Perjalanan
ke Akhirat (1962)
· Manifestasi
(1963)
· Titis Basino
· Dia,
Hotel, Surat Keputusan (1963)
· Lesbian
(1976)
· Bukan Rumahku
(1976)
· Pelabuhan Hati
(1978)
· Pelabuhan Hati
(1978)
Leon Agusta
· Monumen Safari
(1966)
· Catatan Putih
(1975)
· Di
Bawah Bayangan Sang Kekasih
(1978)
· Hukla
(1979)
Iwan Simatupang
· Ziarah
(1968)
· Kering
(1972)
· Merahnya Merah
(1968)
· Keong
(1975)
· RT Nol/RW Nol
· Tegak
Lurus Dengan Langit
M.A
Salmoen
· Masa Bergolak
(1968)
Parakitri
Tahi Simbolon
· Ibu
(1969)
Chairul Harun
· Warisan
(1979)
Kuntowijoyo
· Khotbah
di Atas Bukit (1976)
M. Balfas
· Lingkaran-lingkaran
Retak (1978)
Mahbub
Djunaidi
· Dari Hari ke
Hari (1975)
Wildan
Yatim
· Pergolakan
(1974)
Harijadi S. Hartowardojo
· Perjanjian dengan Maut
(1976)
Ismail Marahimin
· Dan Perang Pun
Usai (1979)
Wisran Hadi
· Empat Orang
Melayu
· Jalan Lurus
|
Angkatan
1980 - 1990an
Hilman
Hariwijaya penulis cerita remaja
pada dekade 1980 dan 1990
Karya sastra di Indonesia pada kurun
waktu setelah tahun 1980,
ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang
menonjol pada masa tersebut yaitu Marga
T. Karya sastra Indonesia pada masa
angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa
sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado,
Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja,
Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman
Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh.
Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada
dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku
Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas
yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari
budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran
timur.
Mira
W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi
romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam
novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka
yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu
dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era
1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era
1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah
novel populer yang dipelopori oleh Hilman
Hariwijaya dengan serial Lupusnya.
Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang
kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari
komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie
Said, antara lain: La Rose,
Lastri Fardhani,
Diah Hadaning,
Yvonne de Fretes,
dan Oka Rusmini.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 -
1990an
Ahmadun
Yosi Herfanda
· Ladang Hijau
(1980)
· Sajak Penari
(1990)
· Sebelum
Tertawa Dilarang (1997)
· Fragmen-fragmen
Kekalahan (1997)
· Sembahyang
Rumputan (1997)
· Y.B Mangunwijaya
· Burung-burung Manyar
(1981)
· Darman Moenir
· Bako
(1983)
· Dendang
(1988)
· Budi
Darma
· Olenka
(1983)
· Rafilus
(1988)
· Sindhunata
· Anak Bajang Menggiring Angin
(1984)
Arswendo
Atmowiloto
· Canting
(1986)
· Hilman Hariwijaya
· Lupus
- 28 novel (1986-2007)
· Lupus Kecil
- 13 novel (1989-2003)
· Olga Sepatu Roda
(1992)
· Lupus ABG
- 11 novel (1995-2005)
Dorothea
Rosa Herliany
· Nyanyian Gaduh
(1987)
· Matahari yang
Mengalir (1990)
· Kepompong Sunyi
(1993)
· Nikah Ilalang
(1995)
· Mimpi
Gugur Daun Zaitun (1999)
Gustaf Rizal
· Segi Empat Patah
Sisi (1990)
· Segi Tiga Lepas
Kaki (1991)
· Ben
(1992)
· Kemilau
Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
Remy Sylado
· Ca
Bau Kan (1999)
· Kerudung Merah
Kirmizi (2002)
Afrizal Malna
· Tonggak
Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
· Yang
Berdiam Dalam Mikropon (1990)
· Cerpen-cerpen
Nusantara Mutakhir (1991)
· Dinamika
Budaya dan Politik (1991)
· Arsitektur Hujan
(1995)
· Pistol Perdamaian
(1996)
· Kalung dari Teman
(1998)
· Templat:Lintang
Sugianto
· Templat:Matahari
Di atas Gilli (1997)
· Templat:Kusampaikan
kumpulan puisi (2002)
· Templat:Menyapa
Pagi Anak Aceh (2004)
Angkatan
Reformasi
Seiring
terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto
ke BJ Habibie
lalu KH
Abdurahman Wahid (Gus
Dur) dan Megawati Sukarnoputri,
muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya
angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun
novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik
sastra harian Republika
misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau
sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku
antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan
Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada
akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde
Baru. Proses reformasi politik yang
dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra --
puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula
jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri,
Ahmadun Yosi Herfanda,
Acep Zamzam Noer,
dan Hartono Benny
Hidayat dengan media online:
duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak
sosial-politik mereka.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan
Reformasi
Widji Thukul
Puisi
Pelo
Darman
Angkatan
2000-an
Andrea
Hirata salah satu novelis tersukses
pada dekade pertama abad ke-21
Setelah
wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak
berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan
pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan
2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan
oleh Gramedia,
Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan
kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang
sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal
Malna, Ahmadun Yosi Herfanda
dan Seno Gumira Ajidarma,
serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu
Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
Ahmad Fuadi
· Negeri 5 Menara
(2009)
· Ranah 3 Warna
(2011)
Andrea Hirata
· Laskar Pelangi
(2005)
· Sang Pemimpi
(2006)
· Edensor
(2007)
· Maryamah Karpov
(2008)
· Padang Bulan
dan Cinta Dalam Gelas
(2010)
Ayu Utami
· Saman
(1998)
· Larung
(2001)
Dewi Lestari
· Supernova 1:
Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh
(2001)
· Supernova 2: Akar
(2002)
· Supernova 3: Petir
(2004)
· Supernova 4: Partikel
(2012)
Habiburrahman
El Shirazy
· Ayat-Ayat Cinta
(2004)
· Diatas Sajadah Cinta
(2004)
· Ketika
Cinta Berbuah Surga (2005)
· Pudarnya
Pesona Cleopatra (2005)
· Ketika
Cinta Bertasbih 1 (2007)
· Ketika Cinta Bertasbih 2
(2007)
· Dalam Mihrab
Cinta (2007)
Herlinatiens
· Garis
Tepi Seorang Lesbian (2003)
· Dejavu,
Sayap yang Pecah (2004)
· Jilbab
Britney Spears (2004)
· Sajak
Cinta Yang Pertama (2005)
· Malam
Untuk Soe Hok Gie (2005)
· Rebonding
(2005)
· Broken
Heart, Psikopop Teen Guide (2005)
· Koella,
Bersamamu dan Terluka (2006)
· Sebuah
Cinta yang Menangis (2006)
Raudal
Tanjung Banua
· Pulau
Cinta di Peta Buta (2003)
· Ziarah bagi yang
Hidup (2004)
· Parang Tak Berulu
(2005)
· Gugusan Mata Ibu
(2005)
Seno
Gumira Ajidarma
· Atas Nama Malam
· Sepotong
Senja untuk Pacarku
· Biola Tak Berdawai
Cybersastra
Era
internet
memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang
tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik
yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi.
Referensi
1.
Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern
Indonesia 1200-2004. London: MacMillan. hlm. 117.
2.
Mahayana,
Maman S, Oyon Sofyan (1991). Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern.
Jakarta: Grasindo. hlm. 370.
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia